Monumen Panglima Besar Jenderal Soedirman
PATUNG JENDERAL SUDIRMAN
Tertera 'Musium Panglima Besar
TNI Jenderal Soedirman' di depan bangunan yang terletak di Taman
Hiburan dan Rekreasi Pangsar Soedirman, Purwokerto. Sementara penduduk
lokal menyebutnya monumen. Di atas bangunan terdapat patung Jenderal
Sudirman.
Museum atau monumen
dikelilingi rindang dan aneka pohon unik diantaranya ganitri yang
bijinya dibikin tasbih. Ganitri, genitri, atau jenitri bijinya dibikin
Hindu menjadi mala. Islam dan Katolik masing-masing menjadi tasbih dan
rosario. Dipakai untuk memuja, mendekatkan diri, menyelami Sang Khalik.
Aku suka ganitri yang tidak keberatan dia akan menjadi mala, tasbih,
atau rosario sebab tahu tak ada yang tak indah.
RUANG PAMERAN
Tiba di depan museum aku
menemukan pintu masuk terkunci. Tak ada keterangan selain sebuah
pengumuman 'Ampun udud teng mriki mas!' alias please no smoking. Balik ke loket tiket diberitahu masuknya dari pintu belakang.
Museum hanya terdiri dari satu
ruang pameran. Koleksi sebagian besar berupa foto-foto berukuran besar
bergantungan di dinding yang melingkar. Ada juga biografi singkat,
amanat Panglima Besar, lukisan, patung dada, dan peta rute gerilya
dilengkapi sebuah replika tandu gerilya.
Foto-foto memperlihatkan
sekolah, inspeksi, gerilya, ziarah ke tugu pahlawan di Blitar (1946),
pelantikan pimpinan Angkatan Perang Republik Indonesia (1947), Jenderal
Sudirman dan Komodor Udara Halim Perdana Kusuma (1947), Jenderal
Sudirman dan Bung Karno (1947), kembali ke Yogyakarta (1949), disambut
Bung Hatta di Gedung Agung (Istana Kepresidenan Yogyakarta), dan
lain-lain.
LANTAI DUA
Mulai aku memperhatikan
definisi museum setelah itu. Kamus Besar memberiku pandangan museum
sebagai tempat menyimpan barang kuno. Mungkin 'kuno' dalam pengertian
seluas-luasnya ya. Statuta ICOM memasukkan elemen '...exhibits the tangible and intangible heritage of humanity..' Kutemukan juga definisi yang lucu di Museums in Motion seperti museum adalah 'a depository of curiosities that more often than not includes the director.'
Pemicu definisi museum menarik
perhatianku adalah keheranan tidak menemukan adanya benda bersejarah,
atau benda peninggalan Jenderal Sudirman yang disimpan di Musium
Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman. Sehingga memberiku rasa
barangkali sebutan yang digunakan penduduk setempat yaitu 'monumen' akan
lebih tepat. Dalam arti monumen adalah suatu struktur seperti bangunan
atau patung yang didirikan sebagai memorial.
Begitu pula brosur terbitan
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Kabupaten Banyumas, tidak
menggunakan istilah 'museum' melainkan Monumen Panglima Besar Jenderal
Soedirman. Jelas bahwa monumen yang dimaksud tidak hanya Patung Jenderal
Soerdiman melainkan seluruh bangunan dapat disimak dari penjelasan,
'Monumen ini terdiri dari dua lantai. Pada lantai bawah berisi foto-foto
perjuangan...Pada lantai dua berisi relief sejarah bangsa Indonesia
dalam Perang Kemerdekaan 1945 dan Patung Jenderal Soedirman..'
MONUMEN JENDERAL SUDIRMAN
Selain rindang, ada lagi yang
kusukai dari monumen yang diapit Sungai Logawa di sisi barat dan Kali
Apa di timurnya. Pagian ke sini kita akan menyaksikan Gunung Slamet di
kejauhan.
Gie pernah mendaki gunung
tinggi ini, 'Ketika saya menyatakan akan memimpin pendakian Gunung
Slamet bersama para mahasiswa, seorang kawan menyatakan bahwa saya gila.
'Gunung itu tingginya 3.422 m, gunung nomer dua di Pulau Jawa. Dan
menurut Junghun, ia mendaki gunung itu dengan merangkak. Di puncaknya
pada musim-musim tertentu suhu dapat turun sekitar nol derajat.' Apa
yang dikatakan kawan itu memang benar. Seorang rekan organisasi pendaki
gunung di Bandung, Wanadri, mengatakan bahwa ketika ia masih bersama
rombongan RPKAD mendaki dari lereng selatan, ia memerlukan waktu sebelas
jam tanpa istirahat. Lagipula di Gunung Slamet tak ada air.
Akhirnya saya putuskan bahwa saya akan mendaki gunung ini...'
Menantang toh Gie membawa
teman-temannya pergi. Mengapa Gie. Kiranya jawab sederhana begini,
'...Bangsa yang besar adalah bangsa yang sehat tubuhnya. Pemuda-pemuda
sakitan tidak mungkin menyelesaikan tugas-tugas pembangunan. Dan untuk
itulah saya selalu mau membawa rombongan mendaki gunung.'
Pulang kampung terinspirasi
aku untuk rajin olahraga kembali. Ingat penting untuk sehat, jiwa raga.
Terlebih ingat bahwa kita telah mewarisi Indonesia yang merdeka dan
memiliki tanggung jawab untuk membangun Indonesia. Setiap orang pasti
bisa melakukan sesuatu.
Now I see the secret of the making of the best persons
It is to grow in the open air and to eat and sleep with the earth
It is to grow in the open air and to eat and sleep with the earth
Walt Whitman, dikutip Gie
dalam Menaklukkan Gunung Slamet
dalam Menaklukkan Gunung Slamet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar